(sambungan dari bab 1 - kokok ayam jantan)
Biasanya seminggu sekali Sintua menyelenggarakan pertemuan di gereja yang dipimpin oleh pendeta Jerman itu sebagai persiapan untuk kebaktian hari Minggu. Masa itu kehadiran pendeta Batakmasih langka, sehingga kedudukan Raja Herman sebagai sintua sangat terpandang. Setelah Donald !sac mencapai usia enam tahun dimasukkanlah ia keSekolah Dasar milik Zending, yangjaraknya hanya tiga puluh meter dari rumahnya. Rumah gurunya bahkan berdampingan. Meskipun sudah bersekolah, ia masih rajin menggembala kerbau. Sepulang dari sekolah dan makan siang, langsung ia menuju padang tempat kerbaukerbaunya merumput, sekalian bercancia dengan teman-teman yang juga lagi menggembala temak. Ada belasan ekor milik ayahnya yang harus digembalakan.
Dari jumlah itu sebagian adalah kerbau betina, yang sering ditangkarkan. Dan Donald lsac suka sekali minum susu kerbau, yang membuat cerdas, badannya cepat tumbuh dan sehat. Makan pun ia banyak, apalagijika lauknya naniura, ikan masak asam. Sore hari kerbau-kerbau itu digiringnya pulang. Dalam suasana kedamaian alam senja ia naik di atas punggung salah seek_or kerbaunya, dan dengan sekali-sekali mengacung-acungkan sepotong bambu ia menggiring temaknya - bagaikanseorang komandan yarig dipatuhi oleh anak buahnya. '}auh jugajarak antara padang rumput itu dengan 5 rumahnya, kira-kira dua kilometer, melalui jalan setapak dan jalan kampung. Setiba di halaman rumah, kerbau-kerbau itu dimasukkan ke dalam kandang di samping rumah.
Dari jumlah itu sebagian adalah kerbau betina, yang sering ditangkarkan. Dan Donald lsac suka sekali minum susu kerbau, yang membuat cerdas, badannya cepat tumbuh dan sehat. Makan pun ia banyak, apalagijika lauknya naniura, ikan masak asam. Sore hari kerbau-kerbau itu digiringnya pulang. Dalam suasana kedamaian alam senja ia naik di atas punggung salah seek_or kerbaunya, dan dengan sekali-sekali mengacung-acungkan sepotong bambu ia menggiring temaknya - bagaikanseorang komandan yarig dipatuhi oleh anak buahnya. '}auh jugajarak antara padang rumput itu dengan 5 rumahnya, kira-kira dua kilometer, melalui jalan setapak dan jalan kampung. Setiba di halaman rumah, kerbau-kerbau itu dimasukkan ke dalam kandang di samping rumah.
Lewat dua tahun sudah ia mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Zending, ayahnya berusaha menyekolahkannya ke tingkatan yang lebih tinggi, yaitu Hollands Inlandsche School (HIS, Sekolah Belanda untuk Pribumi). Supayadapatditerima disekolah Belanda itu bukanlah mudah, karena diperlukan persyaratan tertentu, antara lain penghasilan tetap orang tua yang dapatmenjamin uangsekolah tanpa menunggak apalagi terhentidi tengah jalan. Biasanya hanya orangtua yangberstatus sebagai pegawaigubememen (pemerintah) atau gouvernementambterumr sajayang boleh memasukkan anaknya ke HIS, paling tidak anak Kepala Negeri atau Kepala Desa.
Untukmemenuhi syarat itu Raja Herman memperoleh surat rekomendasi dari Pendeta Brecht Smidt yang menyatakan bahwa anaknya pantas diterima sebagai murid pada Christelijke HIS (HIS Kristen) di Narumonda, Porsea, yangjuga dikelola oleh ZendingJerman.
Persyaratan lain yangharus dipenuhi menyangkut keuangan, ialah: uangsekolah sebesar F 700 (tujuh ratus gulden}, pakaian 6 pasang, dan bahan makanan di internaat atau asrama berupa beras sebanyak 60 liter setiap kuartal atau tiga bulan. Dengan dipenuhinya persyaratan tersebut Donald Isac resmi diterima menjadi murid Christelijke HIS Narumonda.
Ia harus segera masuk asrama pelajar. Baju seragamnya berupa kemeja putih Iengan panjang, celana pendek biru, dan potongan rambut harus pendek sekali, sedangkan penggunaan sepatu belum diwajibkan, kecuali pada hari Natal. Tinggal di dalam asrama yang sudah mempunyai penerangan listrik itu semakin memacu semangat belajarnya di malam hari.
Karena pernah belajar di Sekolah Zending selama dua tahun, di HIS Narumonda ia termasuk murid yang pandai. Setiap liburan ayahnya menyuruhnya ikut ambil pelaJaran les atau tambahan pada Guru Zending, Kristian Pandjaitan, khusus mengenai berhitung dan ilmu pengetahuan umum. Dalam pada itu ia boleh dikata sudah menguasai bahasa Belanda; hal itu dimungkinkan karena bahasa itulah yang menjadi bahasa pengantar di HIS, lagi pula dalam pergaulan sehari-hari di asrama dan percakapan dengan guru-guru serta pengawas asrama banyak digunakan bahasa itu.
Ketika ia duduk di kelas 5 tahun 1937, tak terduga-duga kesedihan menimpa keluarganya. lbunya, Dina boru Napitupulu, meninggal selagi menjalani operasi di Rumah Sakit Balige. la dirawat di rumah sakit karena penyakit kandungan. lbu meninggal selagi anak-anak masih kecil, kecu~li Julia born Pandjaitan yang sudah berumah tangga, bersuamikan Guru Thomas Naiborhu bahkan sudah mempunyai seorang anak perempuan. Musa Pandjaitan masih duduk di kelas 2 HIS, R. boru Pandjaitan masih kanak-kanak, dan Sopar Pandjaitan masih kecil sekali.
Atas berkatTuhan, ayah dan anak-anak dapat mengatasi kesedihan sehingga mampu menghadapi kewajiban sehari-hari. Anak-anak yang sudah bersekolah dapat melanjutkan pelajaran, dan yang masih kecilkecil diasuh oleh kakaknya. Beberapa tahun kemudian Raja Herman berusaha mencari isteri yang dapat mengurus rumah tangga, terutama mengasuh anak-anak. Kawinlah ia dengan Demak boru Siagian. Lahir pula seorang anak lelaki, namun meninggal dalarn usia sembilan bulan. Selama belajar di HIS Narumonda, Donald Isac terus terbina dengan iman dan kepercayaan kepada Tuhan dalam pengajaran dan kelas sidi. Adapun sidi adalah anggota gereja yang sudah disahkan.
Kelas sidi menjadi keharusan bagi setiap anak warga Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) setelah usianya menjelang dewasa. Setelah mengenal dan mernahami dasar-dasar kepercayaan iman Kristen, konon dalam tahun 1939 di Gereja HKBP Sitorang, dalam upacara kebaktian Minggu yang dipimpin oleh Pendeta Johannes Simanjuntak, Donald Isac mengaku beriman Kristen. Dia mengaku bahwa Firman Allah yang dipelajarinya selama itu rnerupakan satu-satunya jalan menuju kehidupan yang kekal. Dengan tulus ia menyatakan meninggalkan segala dosa, dan selanjutnya rnematuhi Firman Allah sampai akhir hidup. Dengan disaksikan segenap jemaat ia berikrar akan menghayati kepercayaan yang benar itu sebagaimana terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sejak itulah ia diterima sebagai seorang jemaat, yang berwatak kuat, rnatang dan bertanggung jawab.
Kelas sidi menjadi keharusan bagi setiap anak warga Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) setelah usianya menjelang dewasa. Setelah mengenal dan mernahami dasar-dasar kepercayaan iman Kristen, konon dalam tahun 1939 di Gereja HKBP Sitorang, dalam upacara kebaktian Minggu yang dipimpin oleh Pendeta Johannes Simanjuntak, Donald Isac mengaku beriman Kristen. Dia mengaku bahwa Firman Allah yang dipelajarinya selama itu rnerupakan satu-satunya jalan menuju kehidupan yang kekal. Dengan tulus ia menyatakan meninggalkan segala dosa, dan selanjutnya rnematuhi Firman Allah sampai akhir hidup. Dengan disaksikan segenap jemaat ia berikrar akan menghayati kepercayaan yang benar itu sebagaimana terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sejak itulah ia diterima sebagai seorang jemaat, yang berwatak kuat, rnatang dan bertanggung jawab.
Dengan memperoleh nilai rata-rata baik sekali, Donald !sac lulus dari HIS yang bertingkatan tujuh kelas itu. Ayahnya menyetujui permintaannya agar dapat melanjutkan pendidikan ke MULO (Meer Uitgebreid Lagere School), yang sama dengan SMP sekarang. Setelah memenuhi persyaratan berupa uangjaminanyang diserahkan kepada Yolks Bank, uang asrama selama tiga tahun yang harus dibayar sekaligus, dan pakaianenam pasang berwama serba putih, ia dite:rima sebagai murid Christelijke MULO di Tarutung. Karena bekal nilaiyang diperoleh dari HIS memangbagus sekali, ia langsung diterima di kelas 1, tanpa melalui voorklas, kelas persiapan.
Di bangku MULO pun ia tergolong murid pandai, terutama dalam ilmu pasti, yaitu ilmu ukur dan ilmu aljabar, jugabahasa BeIanda yang menjadi bahasa pengantar, dan bahasa Inggris sebagai pelajaran wajib. Bahasa Jerman yang sangatmenarik perhatiannya dipelajarinya sebagai bahasa pilihan.
Hidup sehari-hari bagi murid-murid yang tinggal dalam asrama MULO Tarutung hampir menyerupai pola dan cara hidup dalam asrama militer yang harus mematuhi peraturan dan disiplin. Jadwal bangun pagi, makan, olahraga, belajar dan sebagainya harus ditaati. Semua kegiatan diawasi oleh guru. Salah satu acara penting ialah berdoa bersama dan rnengikuti upacara kebaktian. Disiplin, ketakwaan, dan kebersamaan rupanya menjadi pegangan dan semangat hidup selanjutnya.
Tanpa dinyana sitaonan, musibah, harus disandangoleh Donald !sac sesaudara. Hanya beberapa tahun setelah lbu meninggal, pada tahun 1942 Ayah pun menderita sakit, kemudian dipanggil oleh Tuhan. Saat itu peranan Ayah sangat diperlukan oleh keluarga, namun malang tak dapat ditolak, rezeki tak dapat diraih, atau seperti Firman Allah "Jolma marsangkopi dalanna Debata na menontukan langkana" - manusia merencanakan, Tuhan menentukan. Sebagaimana pemakamamibunya diSitorang, pemakaman ayahnya di pekuburan yangbetjarak kira-kira setengah kilometer dari rumahny a itu pun berlangsungdengan upacara keagamaan yang khidmat.
Donald Isac saatitududuk di kelas terakhir MULO, sedangkan adikadiknya masih menempuh pendidikan Sekolah Dasar. Tetapi Tuhan memang pemurah dan penyayang, karena melalui tuntunan dan pendidikan serta teladan yang baik dari kakak, Julia, dan ipar Guru Th. Naiborhu, anak-anak somarama somarina, yatim-piatu, menjadi tabah dan sabar menyandang beban penderitaan. Uda, Parnan Raja Johannes tampil sebagai pengasuh dan pelindung. Dengan demikian Donald lsac dapat melanjutkan pendidikannya di MULO, begitu pula adikadiknya dapat terus menimba ilmu di Sekolah Dasar.
Keadaan dunia cepat berubah sejak awal tahun 1942. Perang Pasifik pecah setelah balatentara Jepang menyerbu ke selatan, menduduki sebagian besar wilayah Asia. Pemerintah Hindia Belanda pun hampir ambruk. Pada tanggal 13 Maret 1942 pasukan Jepang mendarat di Medan, dan beberapa hari kemudian memasuki daerah Tapanuli, lalu menduduki kota Tarutung.
Jepang sangat membenci sekolah yang berbau Barat. Karena itu Christelijke MULO Tarutung ditutup, padahal Donald Isac sudah dudukdi kelas 3. HIS Narumondajuga ditutup, diganti denganSekolah Dasar yang sesuai dengan peraturan Jepang.
Meskipun tinggal beberapa bulan lagi menyelesaikan pendidikannya, terpaksa ia putus sekolah, karena MULO Tarutung tak kunjung dibuka lagi. Terpaksa ia pulang ke Lumbantor, kemudian pergi ke Barus menemuiJulia dan ipar Guru Thomas Naiborhu yang saat itu bertugas sebagaiguru Huria dan Sekolah Zending di Uratan Barus. Atas persetujuan kakak dan ipar, ia bersama MauliPandjaitan mulai berusaha berdagang bawang- yang dibeli di Tarutung dan dijual di Barus. Tetapi usaha ini terhenti karena merugi. Usaha itu diganti dengan berjualan daging lembu. Kebetulan saat itu rnendekati hari Lebaran, sedangkan sebagian besar penduduk Barus umat Islam.
Berdagang daging yang dijalankan dengan telaten itu mula-mula beruntung, tetapi lama kelamaan kuranglancarsehingga pulang modal saja. Kedua orang ternan itu pulanglah ke Lumbantor. Ketika sedangberdagang di Barus, ia tidak berhenti belajar. Bahasa Jepang dipelajarinya sendiri tanpa guru, dengan segala cara, sehingga boleh dikata ia dapat menggunakan bahasa asing itu. Tinggal berlama-lama di kampung halaman kiranya membuatnya tidak betah. Ia meminta persetujuan pamannya, Raja Johannes, agar diperbolehkan merantau ke Pekan Baru, Riau. Di sana ada saudara sepupu, keluarga Welzink Pandjaitandan Karel Pandjaitan yang masih lajang. Raja Johannes secara bijaksana menganjurkan agar ia lebih dulu menulis surat kepada keluarga Welzink.
Balasan surat pun tiba tak lama kemudian, berisi persetujuan. Adapun Welzink adalah pegawai kehutanan pemerintahan Jepang, sedangkan Karel bekerja pada kantor usaha perkayuan swasta Jepang. Putus kata, dengan izin dari kakak, persetujuan dari adik-adik, dan restu dari paman, ia bertolak menuju Pekan Baru.
klik ke daftar isi
klik ke daftar isi