5 Oktober 1965, HUT TNI yang paling sedih sepanjang sejarah
Seluruh tentara memakai PDL (pakaian dinas lapangan) dan bersenjata lengkap dan tidak ada yang memakai pakaian upacara. Tentara terbagi jadi dua , tentara yang memakai PITA KUNING di pundak dan yang tidak, karena belum diketahui siapa kawan dan lawan pada 5 Oktober 1965. Suasana penguburan di TMP Kalibata sangat mencekam,
Bawah:
Jenderal A. Haris Nasution , KasGab Angkatan Bersenjata/ Menko Han 1965 menyampaikan pitado di Mabes AD Jakarta sebelum memberangkankan ke 7 jenazah ke TMP Kalibata. Terlihat Jen Nasution dikelilingi oleh tentara tentara berpita kuning. Saat itu tidak jelas siapa tentara kawan dan musuh.
Pidato Jendera AH Nasution sbg Inspektur Upacara Pemakaman, 5 Oktober 1965:
Para
prajurit sekalian...
Kawan-kawan
sekalian...
Terutama
rekan-rekan yang sekarang kami sedang lepaskan...
Bissmillahirrahmanirrahiim...
Hari
ini hari angkatan bersenjata kita, hari yang selalu gemilang, tapi yang kali
ini, hari yang dihinakan, oleh fitnahan, dihinakan oleh penghianatan, dihinakan
oleh penganiayaan, tetapi hari angkatan bersenjata kita, kita setiap prajurit
tetap rayakan dalam hati sanubari kita, dengan tekad kita, dengan nama Allah
yang maha kuasa, bahwa kita akan tetap menegakkan kejujuran, kebenaran,
keadilan;
Jendral
Suprapto
Jendral
Hartono, Haryono
Jendral
Parman
Jendral
Panjaitan
Jendral
Sutoyo
Letnan
Tendean
Kamu
semua mendahului kami, kami semua yang kamu tinggalkan punya kewajiban
meneruskan perjuangan kita, meneruskan tugas angkatan bersenjata kita,
meneruskan perjuangan TNI kita, meneruskan tugas yang suci.
Kamu
semua, tidak ada yang lebih tahu dari pada kami yang disini, daripada saya
sejak 20 tahun kita selalu bersama sama membela negara kita, perjuangan
kemerdekaan kita, membela pemimpin besar kita, membela cita cita rakyat kita.
Saya
tahu, kamu manusia, tentu ada kekurangan, kesalahan kita semua demikian, tapi
saya tahu kamu semua, lewat 20 tahun penuh memberikan semua darma baktimu semua
yang ada padamu untuk cita cita yang tinggi itu, dan karena itu, kamu, biarpun,
hendak dicemarkan, hendak difitnah, bahwa kamu penghianat.
Justru
disini kami semua, saksi yang hidup, kamu adalah telah berjuang, sesuai dengan
kewajiban kita semua, menegakkan keadilan, kebenaran, kemerdekaan. Tidak ada
yang ragu ragu, kami semua sedia juga, mengikuti jalan kamu. Jika memang fitnah
mereka itu benar, kami akan buktikan.
Rekan
rekan, adik adik saya sekalian. Saya sekarang sebagai yang tertua, dalam TNI
yang tinggal bersama lainnya, akan meneruskan perjuangan kamu, membela
kehormatan kamu, menghadaplah sebagai pahlawan, pahlawan dalam hati kami
seluruh
TNI.
Sebagai pahlawan menghadaplah, kepada asal mula kita, yang menciptakan kita,
Allah SWT. Karena akhirnya Dialah Panglima Kita Yang Paling Tertinggi. Dialah
yang menentukan segala sesuatu, juga atas diri kita semua.
Tetapi
dengan keimanan ini juga, kami semua yakin, bahwa yang benar akan tetap menang,
dan yang tidak benar akan tetap hancur. Fitnah, fitnah berkali kali, fitnah
lebih jahat dari pembunuhan, lebih jahat dari pembunuhan, kita semua difitnah,
dan saudara saudara telah dibunuh, kita diperlakukan demikian.
Tapi
jangan kita, jangan kita dendam hati, iman kepada Allah SWT, iman kepada Nya,
mengukuhkan kita. Karena Dia perintahkan, kita semua berkewajiban, untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran
----000---
Bawah:
Jenderal dikawal Jenderal di depan Mabes TNI-AD. Terihat tulisan 5-X-65, yaitu hari HUT TNI 5 Oktober 1965. Setiap Peti dikawal oleh Jenderal. Paling depan (gambar bawah) adlah Jend. Djatikusumo mengawal peti jenazah Jend. A.Yani.
bawah:
Masyarakat menunggu dipinggir jalan untuk menyaksikan iringan kendaraan panser yang membawa ke 7 jenazah Jenderal TNI yang dibunuh tersebut.
Bawah:
Iringan panser memasuki Pasr Minggu Jakarta
Bawah:
Pasukan2 berpita kuning (Kostrad, RPKAD, Kavaleri TNI-AD, dll) terlihat mengusung Jenazah memasuki TMP Kalibata.
foto dibawah adalah foto foto hitam putih 1965
yang diberi warna oleh GEO KALIN dengan menggunakan software Photoshop.
Bawah:
Pasukan berpita kuning (Kostrad, RPKAD, Kavaleri TNI-AD, dll) terlihat membawa senjata automatis laras panjang (kanan)
Bawah:
Pasukan Kavaleri TNI-AD berkuda turut mengiringi Jenazah memasuki TMP Kalibata
Bawah; Foto dibawah ini diberi warna oleh GEO KALIN.
Selengkapnya klik dibawah ini:
Bawah:
Para pejabat sipil dan TNI mendoakan Jenazah
Atas: Wakil Perdana Menteri/ Ka Badan Intelejen: Subandrio didampingi Komandan Cakrabirawa , Kol. Saelan, tanpa pita kuning di pundak. Subandrio dan pengawalnya akhirnya ditangkap dan dipenjara seumur hidup.
ATAS: Wakil Perdana Mentri Subandrio, memberikan kata sambutan. Seluruh Tentara Angkatan Darat memakai Pita kuning, Pakaian Dinas Lapangan dan Senjata lengkap. Karena belum jelas siapa kawan dan lawan.
BAWAH: Ibu Yani mendampingi pemakaman Jen. A. Yani dan pehalwan revolusi lainnya. Juga disaksikan oleh matra TNI-AD dari Kostrad, RPKAD, Kavaleri dan AKABRI Darat era 1960an awal.
Bawah:
Hari esoknya, Presiden R.I. Sukarno menangis di makam Jen A. Yani - Oktober 1965