eBook 10-2 Lambang Bukit Barisan

Masalah pengintegrasian dalam ke APRIS ini tentu saja ada, yaitu  masalah demobilisasi. Semula jumlah personel TNI, KNIL dan BPNST  mencapai 31.000 orang, sedangkan menurut ketentuan jumlahnya  dibatasi hanya sampai 15.000 orang, yang berarti harus menyalurkan  tenaga kerja sebanyak 16.000 orang. Memang sudah ada yang  disalurkan menjadi pegawai negeri, ada yang menjadi pegawai  perkebunan, bahkan ada yang ingin kembali menjadi pedagang atau  petani. Namun, ada juga yang memilih menjadi gercmbclan pengacau keamanan. Di antara mereka ini ada yang terdorong karena  kecewa atas hasil Konferensi Meja Bundar dan tidak bersedia menerima KNIL dan BPNST. Mereka yang memisahkan diri dan membentuk gerombolan sendiri itu antara lain gerombolan pimpinan  5aragih Ras di Sipiongot, gerombolan pimpinan Simarmata di  5imalungun, gerombolan pimpinan Pantok Ginting di Tanah Karo,  ian beberapa lagi yang bergerak di Langkat, Deli Serdang dan Aceh  fimur.

Untuk mengatasi gangguan kean1anan itu Panglima dan Kepala Staf  nemerintahkan kepada suami saya selaku Perwira Operasi untuk  nerencanakan penanggulangannya. Dalam rangka pengamanan itulah  uami saya mengeluarkan surat perintah kepada Batalyon Bejo untuk menumpas gerombolan pengacau yang mengganggu wilayah  Sipiongot. Tugas itu dilakukan oleh Mayor Bejo dan pasukannya dengan hasil baik.

Operasi lain yang dilancarkan atas koordinasi Staf Operasi TTSU  dan berhasil baik adalah: Operasi Sihar Hutauruk, Operasi Sumatera  imur I, II dan Ill, Operasi Terra Incognita I dan II, Ekpedisi Aceh Barat,  Operasi Tapanuli Selatan.

Dalam pada itu Komando TTSU diubah namanya menjadi Komando  Tentara dan Tentorium I Bukit Barisan. Karena wilayah komandonya  menjadi aman, bahkan dinilai paling aman diseluruh Indonesia, Komando TT 1 Bukit Barisan mampu mengirimkan pasukan-pasukannya untuk membantu memulihkan keamanan di daerah-daerah lain. Batalyon Nokov Bangun bertugas ke Jawa Tengah untuk ikut menumpas  pemberontakan DI/TII; Batalyon Malau, Batalyon Bejo, Batalyon Pagaruyungdan Batalyon Tengku Ja'far ditugaskan ke Jawa Barat untuk menumpas pemberontakan DI Kartosuwiryo. Selanjutnya menyusul pengiriman  pasukan ke Jawa Barat dalam rangka ikut menumpas pemberontakan  DI/TII ialah Batalyon Raja Syahnan, Batalyon Henry Siregar, Batalyon  Nurmatias, Batalyon Teuku Manyak, dan Batalyon Nya' Adam Kamil.  Dikirimkan pula pasukan ke Maluku untuk menghancurkan pemberontakan "Republik Maluku Selatan" (RMS) yaitu Batalyon Wiji Alfisah, Batalyon Nip. Xarim, Batalyon Burhanuddin, Batalyon A.J.W.  Aipassa, Batalyon Hassan Saleh, dan Batalyon Bisara Sinaga. Adapun  pasukan yang ditugaskan ke Sulawesi Selatan untuk menumpas pemberontakan Kahar Muzakkar ialah Batalyon Manaf Lubis, Batalyon Ulung Sitepu, Batalyon Alamsyah, Batalyon Yusuf Ali, dan Batalyon Johan.

Karena Kolonel Kawilarang diangkat menjadi Panglima Operasi  Pasukan Ekspedisi ke Indonesia Timur untuk menumpas pemberontakan pasukan Andi Azisdi Makasar, Komando TT1 Bukit Barisan  beralih ke tangan Kolonel Maludin Simbolon. Luas Komando TT I  pun bertambah, meliputi Karesidenan Aceh, Sumatera Timur, Tapanuli,  Sumatera Barat, dan Riau. Dalam susunan Staf Komando baru ini suami  saya tetap menjabat sebagai Kepala Bagian Operasi, bahkan merangkap  sebagai Kepala Bagian II/Organisasi, karena Kapten Alwin Nurdin  sebagai Kepala Bagian II dipindahkan ke Jakarta.

*

Di antara kesibukan sehari-hari, pada tanggal 6 Mei 1951 pukul 05.00  saya melahirkan anak laki-laki di rumah sakit St. Elizabeth, Medan.  Rumah sakit tempat saya melahirkan itu hanya berjarak kira-kira 400  meter dari rumah dinas.

Salomo Pandjaitan, itulah nama yang diberikan oleh suami saya  kepada anak ketiga. Sungguh bahagia kami sekeluarga, anak laki-Iaki  kami ini lahir setelah ayahnya berjuang dan menunaikan tugas yang  sangat berbahaya selama agresi militer Belanda Kedua, kemudian  menunaikan tugas penting dalam rangka konsolidasi tubuh Komando  TTS dan Komando TT I Bukit Barisan.
Mungkin pelaksanaan berbagai tugas yang dilakukan suami saya  dinilai berhasil oleh atasan, sehingga diangkat menjadi Wakil Kepala  Staf Tentara dan Teritorium II Sriwijaya, dan pangkatnya dinaikkan  menjadi Mayor.

Sebelum pindah ke Palembang ia telah menyelesaikan perencanaan pembuatan lambang Komando TT I Bukit Barisan. Bersama  Kapten Alwin Nurdin dan atas perintah Panglima Kolonel Maludin Simbolon, ia mencoba meramu tradisi perjuangan dan kepribadian  korps Bukit Barisan. Direnungkannya pula warna alam di sekitar  wilayah perjuangan gerilya di hutan-hutan dan lereng-lereng Bukit  Barisan, dan persatuan yang terjalin antara TNI dan rakyat pedesaan. Setelah dibicarakan bersama dengan Kapten Alwin Nurdin,  maka pegunungan Bukit Barisan dianggap merupakan lambang yang  paling tepat. Dibayangkan pula lima puncak bukit, yang selain  melambangkan Pancasila, juga mewakili lima daerah dalam lingkungan Komando TT I, yaitu Aceh, Sumatera Timur, Tapanuli, Riau  dan Sumatera Barat. Lambang itu akhimya berbentuk perisai sebagai  lambang pertahanan, lima bukit berwama merah, dua di kanan dan  dua di kiri, sedangkan bukit yang terletak di tengah lebih tinggi.

Adapun lima bukit di kanan, kiri dan tengah itu melambangkan lima  brigade, yaitu Brigade AA di Aceh, Brigade BB di Sumatera Timur,  Brigade CC di Tapanuli, Brigade DO di Riau, dan Brigade EE di  Sumatera Barat. Bukit-bukit yang berwarna merah melambangkan  keberanian membela kemerdekaan bangsa dan negara. Latar  belakang berwarna biru sebagai lambang kesetiaan diantara sesama  prajurit. Pada bagian atas perisai terdapat pelangi, dengan warna  dasar hijau ydng berarti kemakmuran dan kesuburan tanah air.

Rencana lambing TT I Bukit Barisan tersebut diserahkan oleh suami  saya kepada Kepala Staf, dan setelah dibicarakan, gambar pelangi  diganti menjadi gambar padi dan kapas yang melambangkan  kemakmuran dan kesejahteraan. Warna bukit diganti dengan wama  biru, dan latar belakang menjadi merah.

Panglima TT 1 menyetujui lambang tersebut, dan Kepala Staf Angkatan Darat pun memberikan persetujuan lewat surat keputusan  tanggal 21 Juni 1951. Sejak hari itu pula semua prajurit di lingkungan  TT I menggunakan lencana itu, bahkan hari itu ditetapkan sebagai Hari  Jadi TT I Bukit Barisan.

Untuk membangkitkan semangat juang para prajurit ditetapkan  pula semboyan perjuangan: "Patah Tumbuh Hilang Berganti".

Klik ke Daftar Isi