ebook 2.2 - Darah Perwira Sijorat (v2)

ebook - 2.2 Darah Perwira Raja Sijorat


(sambungan bab 2)

Saat itu tiba pula di dermaga Buatan tiga buah tongkang dari Jawa yang membawa kira-kira 800 orang romusha, yaitu pekerja paksa yang dikerahkan oleh pemerintah militer Jepang. Karena oleh pemerintah pendudukanJepangmerekahanya diberi makanan sedikitsekah, badan mereka kurus-kurus. Pakaian mereka compang-camping, dengan tubuh lemah dan sakit-sakitan. Rombongan romusha.itu dipimpin oleh seorangfukudancho (kepala) bemama Zainuddin Nasution. Kedatangan romusha sebanyak itu oleh pemerintah Jepang dimaksudkan untuk membantu perusahaan perkayuan swasta Ataka. Karena mereka dalam keadaan lemah tubuh dan terserang penyakit disentri, jumlah mereka mengurang, tinggal600 orang lebih sedikit.

Atas perintah Higashi sebagai kepala kantor besar Ataka, Donald lsac harus mengurus rombongan romusha sebanyak itu, yang keadaannya sangat menyedihkan. Para romusha harus dirawat, dipelihara, dan setelah sehat harus diberi pekerjaan menebang, memotong dan mengumpulkan kayu di hutan, agar selanjutnya kayukayu itu dapat diangkut ke Jepang sebagai barang dagangan.

Mulailah ia menyingsingkan Iengan baju. Dari gudang kantor dibagi-bagikannya pakaian dan selimut bekas. Ia mencari perawat ke Siak Sriindrapura. Kebetulan kepala rumah sakit di sana bermarga Sitanggang. Berdua mereka kembali ke Buatan membawa sedikit obatobatan. Karena kurangnya obat dan barang-barang kebutuhan lainnya, ia disuruh pergi ke Shonanto (Singapura) untuk mengambil obat-obatan dan baju-baju bekas bagi kebutuhan para romusha. Walaupun obat obatan dan pakaian yang berhasil dibawa dari Singapura tidak banyak, tetapi boleh dikata dapat menutupi kebutuhan pokok romusha, sehingga mereka dapat dipekerjakan. Suatu hari datanglah seorang Jepang pengusaha kayu dari Kalimantan, Oba namanya, dan fasih berbahasa Indonesia. Kedatangannya bermaksud membuka perusahaan perkayuan di daerah Riau. Dalam pembicaraannya dengan Higashi, kepala kantor besar Ataka, iamemintaagar dicarikan seorangpegawaisuku Batak. Menurut pendapatnya, orang Batak bersifat keras, dapat bekerja keras dan bisa dipercaya. Setelah berbincang lama, akhimya Higashi memberikan "lzakus" (nama panggilan Donald Isac Pandjaitan menurut lidah  Jepang) kepada Oba. Maka sejak itu, tahun 1943, ia bekerja pada perusahaan Oba.

Oba memang bemiat mendirikan perusahaan perkayuan secara besar-besaran di Buatan, daerah hilirSungaiSiak, yang kemudian diberi nama L. 40 atau Panglong 40. Donald lsac ditunjuk sebagai wakil manajer, yang berarti mewakili Oba. Untuk mengumpulkan tenaga kerja, ia mencari ke Bengkalis, Sungai PakningdanSungai Apit, terdiri dari orang-orang suku Melayu sebanyak 80 orang. Para pekerja itu selain mencaridan mengumpulkan kayu darihutan, memotong dan menggergaji, juga diwajibkan melakukan taisho atau gerak badansetiap pagi. Juga diharuskan mengikuti pelajaran berbaris dan latihan kemiliteran Jepang. Semua kegiatan itu dipimpin oleh Donald lsac dengan aba-aba dalam bahasa Jepang. Suasana kerja dalam perusahaan itu tampak gembira. Perusahaan perkayuan Panglong 40 di bawah pimpinan Oba dan Donald Isac sebagaiwakilnya cepatmaju.Apakah ia sudah puas menjadi pegawai kantor perusahaan kayu?

Sesungguhnya ia masih memendam cita-cita lain, yaitu ingin menjadi militer. Semasa bekerja di Ataka maupun Panglong 40, cita-cita itu tetap terpendam dalam hatinya. Sebagai keturunan Raja Sijorat, darah perwira tetap mengalir dalam uratnadinya. Ia selalu mengikuti beritaberita mengenai penerimaan calon Sekolah Opsir Gyugun yang diadakan oleh Jepang.

Niatnya untuk menjadi opsir militer tidak tertahan lagi setelah pendaftaran untuk Sekolah Opsir dibuka bagi pemuda-pemuda Indonesia. Segera ia menemui Oba untuk mengutarakan kehendaknya.

Temyata Oba sangat keberatan. Pertama-tama karena tenaganya sangat dibutuhkan sebagai orang kepercayaan dan wakil pimpinan; kedua, sebagai wakil pimpinan ia sudah berjasa selama bekerja di Panglong. Tetapi Donald Isac tetap berkerashendak melaksanakan cita-citanya, bahkan setelah Oba berjanji akan memenuhi segala kebutuhan tangan kanannya itu, baik uang maupun pakaian. Karena bujukan itu tidak mempan, Oba membuka rahasia bagaimana tentara Jepang hendak memperlakukan opsir dan prajurit bangsa lain. Kata Oba, "Kalau Saudara ditempatkan di lapangan terbang, dan Sekutu menyerang dengan pesawat terbang B-29, Saudara harus pegang senapan mesin, sedangkan kaki Saudara dirantai supaya tidak bisa menyingkir dan lari. Jika B-29 datang menyerang, pasukan Dai Nippon akan lari karena pesawat musuh itu tidak bisa dilawan, dan Saudara akan mati." Donald lsac tetap tidak mundur dari niatnya. Karena itu Oba berusaha dengan cara lain; dipanggilnya Karel Pandjaitan supaya mempengaruhi, juga Welzink Pandjaitan di Pekan Baru diminta membujuk, bahkan Oba juga menulis surat kepada keluarga di kampung halaman, Lumbantor. Namun segala upaya Oba tidak berhasil menaklukkan niat dan cita-citanya.

Karena merasa tidak dapat menahan kemauannya lagi, Oba terpaksa merelakan pegawai kepercayaannya itu memasuki Sekolah Opsir Gyugun di Pekan Baru. Sebagai perpisahan, Oba mengadakan acara yang meriah bersama para pekerja di malamhari. Mereka semua makan dan menari-nari bersama di Panglong 40. Acara itu diikuti oleh kira-kira 20 orang Jepang dan 80 buruh pribumi. Mereka menyanyi-nyanyi dan berjoget -yang disebutnya sendiri sebagai 'joget h~(an'.

Keesokan harinya ia berangkat ke Pekan Baru. Oba menitipkan surat yang ditujukan kepada Higashi, kepala kantor Ataka di sana, agar sebagai militer Jepang yang berpangkat mayor bersedia memberisurat rekomendasi bagi kepentingannya. Maka dengan modal rekomendasi dari Higashi, ijazah HIS, surat keterangan dan rapor kelas 3 MULO, kemampuan berbahasa Jepang, kemahiran berolah raga taisho dan baris berbaris, terutama semangat yang tinggi, pada tanggal14 Februari 1944 ia diterima masuk Sekolah Opsir Gyugun di Pekan Baru. Adapun Hassan Basri, sahabatnya sesama pegawai Ataka, telah lebih dulu memasuki Sekolah Opsir Gyugun di Padang. la memasuki asrama Gyugun di Pintu Angin yang berdinding tepas beratap rumbia. Tidak berapa lama kemudian asrama itu dipindahkan ke Simpang Tiga, yang sekarang menjadi lapangan terbang. Ia menerima pakaian seragam dua pasang dan tanda-tanda kerniliteran Gyugun.



Atas:
Pendidikan Perwira Muda Gyugun Jepang di Pakanbaru 1944 


Tahun itu]epang mengalami kekalahan demi kekalahan di berbagai medan pertempuran. Keadaan ekonomijuga semakin buruk, di mana- mana terjadi kelaparan dan wabah penyakit. Jaminan makanan dan pakaian di Asrama Gyugun pun merosot sekali. Ketika Karel Pandjaitan menengok ke asrama Simpang Tiga, ia terkejut melihat Donald Isac yang tampak kurus, sedangkan pakaiannya bertambal-tambal. Kedudukan pasukan Jepang semakin terdesak, akhimya setelah born atom Amerika dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Kaisar Jepang pada tanggal 14 Agustus 1945 mengumumkan penyerahan Jepang tanpa syarat kepada Sekutu.

Semua tentara Jepang harus ditarik kembali dari wilayah-wilayah Asia yang masih didudukinya. Satuan-satuan militer pribumi yang dibentuk oleh Jepang seperti Heiho dan Sekolah Opsir Gyugun dibubarkan. Donald lsac yang berpangkat Gyu Shoi atau Shodancho pulang ke rumah Welzink Pandjaitan. Adapun Hassan Basri pulang keSiak. na!am masa peralihat1 yang belum menentu itu Karel Pandjaitan sebagai bekas pegawai Ataka yang sedang bepergian melihat keadaan di sekitar Riau, sempat pergi keSiak. Di sana ia bertemu dengan Hassan Basri. Sudah barang tentu Hassan Basri bertanya tentang keadaan Donald !sac selepas dari Sekolah Opsir Gyugun. Karel menjelaskan bahwa sepupunya itu tinggal di rumah Welzink Pandjaitan, Jalan Senapelan, Pekan Baru. Hassan Basri menyatakan kerinduannya, dan ingin sekali bertemu dengannya. 

Link ke daftar isi